Minggu, 23 Januari 2011

Hanya Karena Minus - An Ordinary Girl

Ini sebenarnya kisah yg udah mayan lama juga tapi aku pingin menulisnya sbg kenangan...

Alkisah ada seorang gadis bisa dibilang "Realy An Ordinary Girl"
Sebenarnya tak ada yg salah dgn hidupnya, bahagia dengan orang tua dan keluarga yang begitu menyayanginya. Itu merupakan hal yang tak pernah berhenti disyukurinya. Sampai pada saat dia menjejakan kaki di tempat yang orang-orang normal menyebutnya dengan SEKOLAH. Ya, gadis ini telah memasuki masa dimana banyak film, serial TV dan sinetron menggambarkan bahwa pada fase inilah kehidupan sebagai anak muda atw tepatnya remaja bisa didapatkan. Sahabat, peringkat bagus di sekolah dan mungkin pacar, yups yang paling belakang mungkin dikhususkan bagi mereka yang beruntung saja.Tempat itu bernama SMA.

Gadis ini mendapatkan kelas pertama dari 10 kelas yang ada di tahun pertama dia belajar disana. Dia riang, setidaknya itu yang bisa digambarkan ketika bertemu dengannya pertama kali. Gadis biasa dari desa ditengah-tengah gadis kota dan segala ke-"KOTA"an mereka. Gaya hidup mereka dan sudut pandang mereka terhadap suatu  hal. Tapi dia bisa berada dalam tengah-tengah gadis kota itu.

Beberapa orang melihatnya menyenangkan, beberapa lainnya menilai dia sangat "ANEH", bahkan ada yang menilai dia sangat tidak pantas dan memalukan. Padahal dibalik semua itu dia hanya ingin punya teman dan akrab. Dia selalu terlihat sangat PeDe dengan apa yang dia pakai, lakukan dan dengan dirinya. Tak peduli dia ke sekolah dengan rambut acak-acakan tanpa sisiran seperti gadis lainnya. Tak peduli juga dia dengan rambutnya yang basah sehabis keramas di pagi hari, yang terpenting baginya hanya ke sekolah, belajar, dan tertawa bersama teman-teman. Pola pikirnya yang begitu polos sangat mudah sekali menilai orang apakah orang ini baik atau tidak. Terlalu naif memang atau bahkan memang seperti itulah orangnya.

Suatu hari dia berteman dengan seorang cowok di kelasnya, ya bisa dibilang dia bisa dipandang alias Cakep untuk ukuran jaman itu. Dia senang sekali tiap hari bisa bercanda dengannya karena orang itu memang pandai melucu meski sedikit sombong, ya itulah yang terlintas dipikiran gadis itu. Dia berpikir, cowok itu (ah sebut saja si A biar ga susah nulisnya) setulus hati berteman dengannya (maklum gadis desa) sampai suatu saat dia mendapatkan berita dari teman sekelasnnya yang sebimbel dengan si A itu. Dia cerita kalau ternyata si A sering menjadikan gadis itu bahan ejekan dibelakangnya. Ejekan yang membuatnya tertawa terbahak-bahak, ejekan yang menggelikan hanya karena dia menilai gadis itu aneh dan berteman dengan orang-orang aneh. Ejekan yang membuat gadis itu berpikir ulang apakah dirinya memang pantas berada disan dengan orang-orang sekelas mereka. Ejekan yang membuat dirinya seperti orang yang paling menjijikan di dunia ini hanya karena sesurau yang tak pernah dia inginkan bahkan semua orang pun tak mengiinginkan itu. Ironi sekali rasanya hanya karena rupanya tak semulus yang lain.

Sebenarnya  gadis itu tak se PeDe yang dinilai teman-temannya. Dia hanya berpikir bahwa di dunia ini pasti ada yg menerima dia apa adanya meski dengan segala kekurangannya. Dia sebenarnya malu dengan dirinya yang memiliki penyakit (anggap saja seperti itu karena sepertinya itu lebih cocok) yang berada di wajah. Di mana semua temannya memiliki wajah mulus tanpa cacat. Tapi dia menyembunyikan hal itu dengan tidak begitu mempedulikannya, mempedulikan penyakit itu dan akhirnya membuat orang berpikir bahwa dia orang yang terlalu PeDe  dan tidak tahu kekurangannya. Dia hanya mencoba bertahan dengan ketidaksempurnaan itu. Dia hanya ingin memiliki hidup seperti gadis dan teman-teman lainnya. Mendengar ejekan yang sangat menyakitkan itu.
"Amit-amit dah aku sama cewek kaya dia, ntar ketularan penyakitnya" 
dia hanya bisa tersenyum di depan sahabat baiknya dan berusaha untuk tidak memikirkannya. Tapi ketika malam tiba dia hanya bisa menangis tersedu, tersengal, di kamar sendirian. Dia menagis di sudut kamar dengan segala sakit hatinya, malunya, dan semua yang ada di dirinya. Dia mulai berpikir bahwa dia begitu menjijikan dan tidak pantas untuk siapapun. Sakit hatinya pada si A tak pernah bisa dihapus sampai sekarang pun tak hanya lukanya bahkan pemikiran ttg dirinya yng menjijikan tetap saja hinggap disana dan berpikir dia tak pantas untuk siapapun di dunia ini.
(Bersambung part 2 "Oh Boy")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar